Practical Life Edisi ke 7 : Learning Eat by Myself
Kebiasaan ibu-ibu adalah menyuapi anaknya bahkan sampai anak sudah usia sekolah sekalipun. Termasuk saya, saya selalu menyuapi anak saya. Alasannya supaya makanan tidak tercecer kemana-mana, anak bisa leluasa sambil beraktifitas sementara saya menyuapinya, anak juga bisa makan lebih banyak pikir saya. Sampai suatu hari saat Alif sakit usia 1 tahun 4 bulan dia harus minum obat yang rasanya pahit, dari situ mungkin dia trauma, setiap melihat sendok dia pikir akan diberi obat yang pahit.
Semenjak itu Alif tidak mau disuapi, ingin makan sendiri, padahal cara nyendoknya belum benar, hasilnya cuma sedikit makanan yang bisa masuk ke mulutnya, kalu saya bantu suapi dia malah menangis dan semakin tidak mau makan. Gemas sekali rasanya melihat Alif makan hanya sedikit, suatu hari saya paksa suapi, Alif malah tambah ngamuk.
Akhirnya saya biarkan saja Alif makan sendiri makanannya, saya bikin makanannya sangat kental agar makanan menempel di sendok dan mudah untuk dimakan, saya juga membuatkan makanan dalam ukuran kecil agar Alif bisa memakannya sekali suapan. Ternyata lama kelamaan cara dia menyendok makanan semakin baik tapi porsi makan masih sedikit, saya akali memberi Alif makan lebih sering, karena Alif anaknya aktif butuh asupan energi, saya juga tidak ingin Alif kekurangan gizi. Saya dan suami memutuskan membawa Alif ke Dokter Gizi untuk berkonsultasi, karena khawatir dengan berat badannya yang kurang.
Banyak vitamin anak dijual bebas di pasaran baik berupa tablet hisap, sirup, makanan cair berupa susu. Tapi saya justru semakin bingung vitamin mana yang baik dan cocok untuk Alif, sempat terpikir ingin mencoba susu, tapi belum sempat saya mencoba karena masih ragu. Ternyata setelah berkonsultasi dengan dokter gizi Alif alergi susu sapi, untung saya belum mencoba vitamin yang berupa susu. Bisa tambah parah. Selain itu dokter menyarankan agar Alif dibiasakan belajar makan sendiri, untuk vitamin diberi Curvit CL Emulsion dan Probiotik Interlac.
Kembali ke soal kebiasaan belajar makan sendiri. Saya browsing-browsing ternyata usia terbaik mengajarkan anak makan sendiri adalah sedini mungkin, saat anak sudah mulai bisa memasukkan benda ke dalam mulutnya, kita sudah bisa memberinya kesempatan untuk belajar makan sendiri. Berikan makanan dalam ukuran kecil agar mudah digenggam dan dimasukkan ke dalam mulut (finger food).
Resiko membiarkan anak makan sendiri adalah makanan akan tercecer, jadi lebih cape harus sering membersihkan, lebih banyak cucian karena akan belepotan kemana-mana. Jika anak tidak diberi kesempatan untuk belajar, bagaimana mungkin dia akan bisa?
"Seribu langkah berawal dari sebuah langkah kecil"
Mungkin itu kata mutiara yang paling tepat. Bagaimana mungkin anak dapat bisa dengan sendirinya jika anak tidak diberi kesempatan untuk belajar? Biarkan anak-anak belajar menjadi mandiri sedari dini, biarkan anak-anak mencoba melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, agar kelak kita sebagai orang tua tidak kerepotan. Jangan sampai anak kita tumbuh menjadi anak yang manja yang selalu ketergantungan dengan orang tua terutama dengan ibunya apalagi untuk melakukan hal-hal yang menyangkut dirinya sendiri. Mulai sekarang sedini mungkin kita harus memberikan anak kesempatan, kepercayaan untuk dapat belajar keterampilan hidup (practical life) belajar makan sendiri adalah salah satu practical life yang harus mampu anak lakukan.
Alhamdulillah sekarang Alif (1y6m) sudah terbiasa makan sendiri dan duduk manis di kursi makannya. Sebelumnya kalo makan sambil main kesana kemari, ternyata sakitnya Alif waktu itu membawa hikmah 😊 Dia juga sudah pintar minum sendiri dari gelas atau dari botol straw, malah sekarang sudah pintar melap mejanya setelah selesai makan 😊
Komentar
Posting Komentar