Practical Life = Kegiatan Keterampilan Hidup

Metode Montessori bukan hanya bermain dan belajar, tapi juga melatih kemandirian dengan membekali anak dengan practical life yaitu keterampilan hidup yang bermanfaat untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.

Ada kutipan dalam buku "Montessori di Rumah" yang sangat menarik bagi saya "Anak kecil sangat ingin menjadi seperti orang dewasa" Mengerjakan practical life bagi anak usia dini adalah menarik dan lebih memberikan kepuasan batin. Karena pada dasarnya anak ingin melakukan apa yang orang dewasa lakukan, sehingga ia tidak merasa terpaksa atau disuruh-suruh untuk melakukan semua kegiatan itu. Mereka justru ingin belajar,  ingin mengimitasi segala hal yang terjadi di sekitarnya. Anak akan merasa senang, merasa bangga, merasa dipercaya, merasa dihargai, ketika ia diberikan kesempatan untuk berkontribusi di dalam keluarga (lingkungannya).

Maka tidak salah jika Practical Life sebaiknya dikenalkan oleh orang tua sedini mungkin, disesuaikan dengan kemampuannya, dan selalu diawasi dari segi keamanannya.

Kegiatan keterampilan hidup Ini adalah kegiatan yang biasa dilakukan di rumah, seperti :

Membantu memasukkan baju kotor ke dalam keranjang cucian/mesin cuci, mengeluarkan baju dari mesin cuci, memisahkan baju sesuai warna, membantu menjemur baju, membantu memasak, membantu menyiangi sayuran, memakai baju, kaos kaki, sepatu, sandal sendiri, membantu melipat baju, menyiram Tanaman, Membersihkan meja, Melap tumpahan air, merapikan mainannya sendiri, membersihkan mainannya, menyimpan sampah pada tempatnya, menyiapkan makanan, makan sendiri, dan sebagainya.

Semakin besar kepercayaan orang tua terhadap anak bahwa mereka bisa, maka mereka akan semakin yakin akan kemampuan diri mereka sendiri.  Selain itu hal itu juga dapat mengembangkan konsentrasi, perhatian,  Dan kemampuan anak dalam berpikir strategis. Hal itu pula yang menyebabkan Dr. Montessori  menyarankan untuk menggunakan benda yang sesungguhnya, dengan ukuran yang lebih kecil dalam melakukan kegiatan keterampilan hidup.

Tujuan anak-anak dalam kegiatan keterampilan hidup berbeda dengan orang dewasa, anak usia dini menikmati proses tersebut, melakukannya berulang kali sampai ia memutuskan untuk berhenti karena tertarik hal lain, itu wajar. Karena kegiatan keterampilan hidup bukan hanya kegiatan bersih-bersih semata melainkan membekali dirinya sendiri dengan kontribusi yang positif bagi dirinya dan lingkungannya. Ketika anak sudah menginjak usia 6-12 tahun barulah ia diajarkan tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Pada buku "Serunya Dunia Anak Usia Dini" Kegiatan keterampilan hidup yang harus dimiliki anak-anak dibagi menjadi 9, yaitu :
1) Keterampilan memahami dan menghargai diri
Yaitu anak mengenal siapa dirinya, tandanya:
- Bila ditanya dapat menyebutkan namanya atau minimal menyadari namanya sehingga bereaksi bila namanya disebut.
- Anak dapat menunjukkan apa yang ia mau dan apa yang ia tidak mau.
- Anak dapat menolak sesuatu yang tidak dimulai.
- Anak dapat meminta sesuatu yang ia suka.

2) Keterampilan merawat diri
Yaitu anak dapat membedakan "bersih dan kotor" tandanya :
- Anak dapat berusaha membersihkan diri sendiri.
- Anak dapat membuka Dan Mengenakan pakaian secara Mandiri.
- Anak mengerti keberadaan Dan fungsi alarm tubuhnya (contoh : memberitahu secara lisan maupun tidak kepada orang lain di sekitarnya bahwa ia lapar, haus, ingin buang air, kegerahan, kelelahan, kesakitan, atau disakiti, dll)

3) Keterampilan menyelamatkan diri
Bagaimana anak memahami hal-hal yang dapat membahayakan dirinya, tandanya :
- Anak dapat membedakan panas, sehingga ia dapat menjaga diri untuk menghindari benda-benda yang panas termasuk api.
- Anak dapat menahan diri untuk tidak asal melompat dari tempat tinggi karena Ada rasa takut terbuka.
- Anak dapat berusaha berpegangan ketika naik turun tangga.
- Anak dapat memperhatikan jalan ketika berjalan agar tidak menabrak atau tersandung.
- Anak dapat menjaga keseimbangan tubuh.

4) Keterampilan membuat keputusan dan menyelesaikan masalah yang menyangkut dirinya sendiri
Misalnya memilih baju sendiri, memilih sepatu sendiri, memilih tempat Bermain, dsb. Ajarkan anak memilih dalam Batasan, misal : mau main di teras atau di kamar?

5) Keterampilan menghadapi perubahan
Yaitu kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan orang yang baru. kemampuan setiap anak berbeda-beda, bantulah anak yang pemalu untuk membuka dirinya,  buatlah ia merasa nyaman.

6) Keterampilan menjalin relasi sosial
Yaitu kemampuan berinteraksi Dan menjalin relasi dengan orang lain.

7) Keterampilan belajar
Anak perlu dibiasakan dalam kondisi siap belajar. Orang tua harus berupaya agar setiap minggu ia dapat menunjukkan hal baru yang ia Kuasai, orang tua dapat membuat Catatan perkembangan. Pastikan juga ia mendapat kesempatan menghadapi hal baru terus setiap minggunya.

8) Keterampilan Memanfaatkan pengetahuan
Anak perlu diberikan kesempatan untuk Memanfaatkan apa yang ia Ketahui atau ia Kuasai. Misalnya keterampilan melempar bola dapat kita periksa dengan cara dipraktekkan ketika ia belajar Menyimpan sampah pada tempatnya.

9) Keterampilan bekerja
Anak perlu dibiasakan memiliki pemahaman sehat tentang konsep bekerja,  yaitu berupaya mendapatkan sesuatu dengan usaha sendiri, bukan hasil meminta apalagi mencuri. Orang tua juga perlu menunjukkan jenis-jenis pekerjaan dengan cara mengajaknya melihat pelaku beragam profesi dan menceritakan mengenai profesi tsb, bila mungkin anak mencoba mengalami agar bertambah wawasannya.

Daftar keterampilan hidup yang ditulis di atas, tidak dicantumkan Kapan sewajarnya anak sudah menguasai keterampilan tsb, Karena setiap anak unik. Keterampilan tsb juga bukan sesuatu yang sifatnya bertahap, jadi urutannya bisa terbalik Dan tidak beraturan.

Sebaiknya tidak membandingkan anak yang satu dengan anak lainnya, tapi fokuslah pada perkembangan keterampilan sang anak itu sendiri, apakah keterampilannya sudah bertambah atau belum.

Manfaat penting bagi anak-anak belajar keterampilan hidup, yaitu :
1) Belajar bersikap peduli
Ketika anak belajar membereskan mainan, Menyimpan sampah pada tempatnya, Dan pekerjaan rumah lainnya adalah sarana yang efektif bagi anak untuk peduli pada lingkungannya, mengikis sikap keegoisan, praktik ini lebih efektif daripada nasihat. Dengan belajar Mengerjakan pekerjaan rumah, anak lebih menghargai hal-hal yang dilakukan orang tua dan anggota keluarga lainnya.

2) Belajar kerendahan hati
Kebiasaan melakukan pekerjaan "kasar" akan melembutkan hati anak. Mereka tak mudah jijik, tak meremehkan hal-hal kecil yang penting Dan berkontribusi dalam kehidupan mereka. Ketika belajar melakukan pekerjaan rumah, anak akan merasakan bahwa pekerjaan itu bukan hal yang mudah, Ada proses yang harus dilakukan dan proses itu harus dihargai.

3) keterampilan praktis untuk hidup
Dampak langsung dari Kegiatan keterampilan hidup adalah membuat anak-anak tak canggung bekerja. Mereka tak hanya tahu Dan pintar, tapi bisa Dan biasa bekerja.

4) Lapang hati menjalani hidup
Anak yang terbiasa dengan pekerjaan rumah tak akan mudah mengeluh Dan sempit hati. Mereka lebih Lapang hati menjalani keseharian.

Saya sangat sepakat sekali dengan ide practical life Ini, dan sangat antusias sekali ingin menerapkannya kepada Alif 😊 Meskipun Alif berusia satu tahun, saya akan mulai sedikit demi sedikit secara bertahap sesuai kemampuannya. Kegiatan keterampilan hidup Ini akan mampu mendorong terbentuknya kemandirian anak.

Sumber :
Buku "Montessori di Rumah", Buku "Serunya Dunia Anak Usia Dini"

Komentar

Postingan Populer